ISTIGHFAR mengandung pengertian memohon
ampunan atau maghfirah dari Allah, sementara maghfirah dari Allah
merupakan perlindungan dari Allah dari dampak buruk dosa disertai dengan
menutupinya. Artinya orang yang mendapat
maghfirah dari Allah akan terhindar dari azab ataupun bencana dunia
akhirat sebagai akibat dari dosa yang ia kerjakan dan juga Allah akan
menutupi dosa-dosanya sehingga kelak di hari perhitungan amal, dosa
tersebut tidak tampak dalam catatan malaikat. Sementara taubat
mengandung pengertian kembali ke jalan Allah. Pelaku maksiyat dianggap
tersesat dari jalan Allah, oleh karena itu tatkala ia bertaubat maka ia
dianggap kembali ke jalan-NYA.
Allah berulang kali menyebut kata Istighfar di dalam Al Qur’an salah satunya yaitu dalam Surat Al Muzammil ayat 20 dimana Allah berfirman :
♥ ♥ ♥ ♥ ”Dan beristighfarlah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang.”
Istighfar seringkali dikaitkan dengan taubat, padahal keduanya berbeda meskipun saling menunjang satu sama lain. Dalam Kitab Tazkiyyatunnufuus diterangkan istighfar biasanya adalah permohonan ampun dengan lisan, sementara taubat adalah berhenti dari perbuatan dosa dengan hati dan perbuatannya. Oleh sebab itu istighfar itu kedudukannya seperti do’a, apabila Allah menghendaki maka Allah ijabah dan ampuni segala kesalahannya. Namun hal ini harus dibarengi (diikuti) dengan taubat yaitu menyesal, berhenti total dan tidak berniat mengulangi.
Ucapan istighfar yang tidak diiringi dengan taubat adalah kesia-siaan. Lidahnya senantiasa dibasahi oleh kalimat ampunan namun ia masih menjalankan perbuatan dosa, maka ia seperti meledek dan menertawakan Allah subhnahu wa ta’ala, apalagi dosa yang dilakukan adalah dosa yang sama. Asy Syarqowiy pernah berkata bahwa hanya orang buta saja yang akan terjatuh pada lubang yang sama.
Oleh sebab itu istighfar harus disertai taubat, ungkapan penyesalan dan mohon ampunan harus dibarengi dengan niatan untuk berhenti dari perbuatan dosa serta bertekad untuk tidak akan mengulangi dosa itu selama-lamanya. Jangan sampai istighfar yang kita lantunkan dalam setiap taqorrub kita justru mendatangkan murka Allah karena dianggap melecehkanNya.
Naudzubillah ….
Semoga kita bisa mengamalkan syarat sah taubat sebagaimana yang ditulis oleh KH Ahmad Rifa’i dalam takhyirohnya.
Wallahu a’lam.
(tanbihun.com)
Allah berulang kali menyebut kata Istighfar di dalam Al Qur’an salah satunya yaitu dalam Surat Al Muzammil ayat 20 dimana Allah berfirman :
♥ ♥ ♥ ♥ ”Dan beristighfarlah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang.”
Istighfar seringkali dikaitkan dengan taubat, padahal keduanya berbeda meskipun saling menunjang satu sama lain. Dalam Kitab Tazkiyyatunnufuus diterangkan istighfar biasanya adalah permohonan ampun dengan lisan, sementara taubat adalah berhenti dari perbuatan dosa dengan hati dan perbuatannya. Oleh sebab itu istighfar itu kedudukannya seperti do’a, apabila Allah menghendaki maka Allah ijabah dan ampuni segala kesalahannya. Namun hal ini harus dibarengi (diikuti) dengan taubat yaitu menyesal, berhenti total dan tidak berniat mengulangi.
Ucapan istighfar yang tidak diiringi dengan taubat adalah kesia-siaan. Lidahnya senantiasa dibasahi oleh kalimat ampunan namun ia masih menjalankan perbuatan dosa, maka ia seperti meledek dan menertawakan Allah subhnahu wa ta’ala, apalagi dosa yang dilakukan adalah dosa yang sama. Asy Syarqowiy pernah berkata bahwa hanya orang buta saja yang akan terjatuh pada lubang yang sama.
Oleh sebab itu istighfar harus disertai taubat, ungkapan penyesalan dan mohon ampunan harus dibarengi dengan niatan untuk berhenti dari perbuatan dosa serta bertekad untuk tidak akan mengulangi dosa itu selama-lamanya. Jangan sampai istighfar yang kita lantunkan dalam setiap taqorrub kita justru mendatangkan murka Allah karena dianggap melecehkanNya.
Naudzubillah ….
Semoga kita bisa mengamalkan syarat sah taubat sebagaimana yang ditulis oleh KH Ahmad Rifa’i dalam takhyirohnya.
Wallahu a’lam.
(tanbihun.com)
0 comments:
Posting Komentar