Rabu, 02 Mei 2012

''Kenapa Harus Bersedih''

Dalam
kehidupan,
pasti akan ada
yang berubah
... mau pun
yang bertambah.
Entah
tambahan itu apakah
suatu hal yang
menyenangkan ataukah
hal yang menyedihkan. 

Banyak hal yang terjadi
menjadi sebuah
penyesalan bahkan awal
dari alasan sebuah
kesedihan yang tiada
akhir. Namun ketika kita tidak
berusaha mencari alasan-
alasan yang baik dari
sebuah penderitaan yang
kita alami, seakan-akan
kesedihan yang kita alami menjadikan kita sebagai
orang yang terburuk
keadaannya. Sudahkah
kita belajar untuk melihat
ke bawah? Ya benar. Melihat ke bawah. Ternyata ada saja yang
masih harus kita syukuri
dari banyaknya kesedihan
yang kita alami. Terkadang
sulit untuk kita mencari
jawaban mengapa suatu musibah justru terjadi
pada diri kita sendiri.
Kenapa bukan orang lain?
Kenapa bukan orang yang
bergembira itu? Kenapa
bukan orang yang selalu bahagia itu? Tapi tidakkah kita sadari
bahwa kita hanya melihat
dari sudut pandang mata
kita. Bagaimana dengan
Allah yang Maha Melihat
dan Maha Bijaksana. Tidak kita sadari semua,
bahwa sudut pandang kita
begitu sempit dan sangat
sempit. Allah melihat dari
segala sudut yang tidak
akan pernah dapat dijangkau oleh manusia.
Bukankah kitapun
manusia, milik Dia Yang
Maha Kuasa. Berhakkah sebenarnya
kita protes? Padahal kita
adalah milik-Nya. Sebuah pertanyaan yang
tentu kita tau
jawabannya. Berusahalah merenung
dengan pertanyaan-
pertanyaan itu.
Berusahalah untuk
mencari jawaban positif
dari pertanyaan- pertanyaan itu. Suatu ketika, ada seorang
melaporkan kepada Hasan
bin Ali radhiyallahu
‘ anhuma, cucu Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam, bahwa Abu Darda’ radliallahu ‘ anhu pernah mengatakan: “Fakir itu lebih aku cintai dari pada
kaya dan sakit lebih aku
sukai dari pada sehat.” Setelah mendengar
laporan ini, Hasan
mengatakan, “Semoga Allah mengampuni Abu
Darda’ , adapun yang benar, saya katakan: ﻦﺴﺣ ﻰﻠﻋ ﻞﻜﺗﺍ ﻦﻣ ﺮﻴﻏ ﻦﻤﺘﻳ ﻢﻟ ﻪﻟ ﻪﻠﻟﺍ ﺭﺎﻴﺘﺧﺍ ﻪﻟ ﻪﻠﻟﺍ ﺭﺎﺘﺧﺍ ﻲﺘﻟﺍ ﺔﻟﺎﺤﻟﺍ “Barangsiapa yang bersandar kepada
pilihan terbaik yang
Allah berikan
untuknya, dia tidak
akan berangan-angan
selain keadaan yang pilihkan untuknya.” (Kanzul Ummal, Ali bin
Hisamuddin al-Hindi) Entahlah, seakan-akan
manusia terus berusaha
melawan kodratnya.
Hingga ia tenggelam
dengan permasalahanya
sendiri yang tiada habisnya. Lalu lupakah kita tentang
hakikat sebenarnya kita
diciptakan? َﺲْﻧِﺈْﻟﺍَﻭ َّﻦِﺠْﻟﺍ ُﺖْﻘَﻠَﺧ ﺎﻣﻭ ﻥﻭﺪﺒﻌﻴﻟ ﺎﻟﺇ ” Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS. Adzariyat :56) Jadi ketika pena diangkat
dan catatan takdir telah
kering, haruskah kita
protes? Menjalani dengan penuh
tawakal dan berusaha
menunaikan kewajiban,
mungkin adalah obatnya.
Daripada berkubang
dengan kesedihan yang kita masih belum tau
apakah hikmahnya. َﻮُﻫَﻭ ِﻪَّﻠِﻟ ُﻪَﻬْﺟَﻭ َﻢَﻠْﺳَﺃ ْﻦَﻣ ﻰﻠﺑ ِﻪِّﺑَﺭ َﺪْﻨِﻋ ُﻩُﺮْﺟَﺃ ُﻪَﻠَﻓ ٌﻦِﺴْﺤُﻣ ْﻢُﻫ ﺎﻟﻭ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٌﻑْﻮَﺧ ﺎﻟﻭ َﻥﻮُﻧَﺰْﺤَﻳ ” Tidak! Barang siapa menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Allah,
dan dia berbuat baik, dia
mendapat pahala di sisi
Tuhannya dan tidak ada
rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih
hati.” (QS. Al-Baqarah:112) Jika Engkau seorang yang
bertauhid, untuk apa
bersedih, untuk apa
mengeluh, untuk sesuatu
yang sebenarnya akan
engkau jalani. Percayalah, bukankah
Allah tidak akan
membebani seseorang
diluar kesanggupannya? Pertanyaan ini adalah hal
yang harus engkau
renungi. Agar engkau
yakin, semua pasti bisa
engkau lewati dengan
baik. Karena percayalah selalu, ﺍﺮﺴﻳ ِﺮْﺴُﻌْﻟﺍ َﻊَﻣ َّﻥِﺈَﻓ ) 5 ( ﺍﺮﺴﻳ ِﺮْﺴُﻌْﻟﺍ َﻊَﻣ َّﻥِﺇ ) 6 ) ” Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan

0 comments:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates